Wednesday, March 23, 2011

Memotong Tangan Anaknya agar bisa Mengemis


Sejujurnya saya sedih ketika harus menulis ulang sebuah pengalaman dari salah seorang blogger di catatan hariannya dan saya tempatkan di note samudra biru cinta ini. Judul di atas mungkin sangat keterlaluan jika dipikir secara nalar, tapi itulah yang terjadi pada kenyataannya.

Pernah tidak jika dalam putaran waktu selama ini, di titik sahabat berpijak saat ini, merasakan hidup itu benar-benar "bad" cukup di dalam hati Anda masing-masing menjawabnya. ketika kerumitan begitu menggigit nadi kita, menyelimuti serupa benalu yang menggerogoti sari pati daya jernih otak kita. tidak berarti, begitu menyusahkan orang, coba kalau bisa di sebuah kehidupan yang lain! pernah? hidup ini sepertinya sangat menyebalkan, hanya menambahi kesulitan saja, tidak ada sesuatu yang beres!

Tapi kesemua itu berubah sejak kemarin, pandangan hidup saya benar-benar telah berubah sejak saya terlibat sebuah percakapan dengan seorang kawan. Ia mengatakan kepada saya bahwa walau ia mempunyai dua pekerjaan dan berpenghasilan sangat minim setiap bulannya, namun ia tetap merasa bahagia dan senantiasa bersukacita.

Saya menjadi bingung, bagaimana bisa? ia bersukacita selalu dengan gajinya yang minim itu untuk menyokong kedua orangtuanya, mertuanya, istrinya, dua orang putrinya, ditambah lagi tagihan-tagihan rumah tangga yang menumpuk setiap bulan!

Kemudian ia menjelaskan bahwa itu semua karena suatu kejadian yang ia alami di India. beberapa tahun yang  telah lalu saat ia sedang berada dalam situasi yang begitu berat. Setelah banyak kemunduran yang ia alami saat itu, ia memutuskan untuk menarik nafas sejenak dengan mengikuti sebuah tour ke India. Dan dia mengatakan, ketika di India, ia melihat tepat di depan matanya sendiri bagaimana seorang ibu MEMOTONG tangan kanan anaknya sendiri dengan sebuah golok!

Keputusasaan yang begitu dalam di mata sang ibu, jerit kesakitan dari seorang anak yang tidak berdosa, yang saat itu masih berumur 4 tahun, terus menghantuinya sampai sekarang.

Kamu mungkin sekarang bertanya-tanya, kenapa ibu itu begitu tega melakukannya? Apa anaknya itu teramat nakalnya atau tangannya itu terkena suatu penyakit sampai harus dipotong? ternyata tidak kawan!

Semua itu dilakukan sang ibu hanya agar anaknya dapat MENGEMIS ....

Ibu itu sengaja menyebabkan anaknya cacat agar dikasihani orang-orang saat meminta-minta di jalanan! Saya benar-benar tidak dapat menerima hal ini, tetapi ini adalah sebuah kenyataan!

"Hanya saja hal mengerikan seperti ini terjadi di belahan dunia lain yang tidak dapat saya lihat sendiri!"

Kembali pada pengalaman sahabat saya itu, ia juga mengatakan bahwa setelah itu ketika ia sedang berjalan-jalan sembari memakan sepotong roti, dan secara tidak sengaja menjatuhkan potongan kecil dari roti yang ia makan. Kemudian dalam sekejap mata, segerombolan anak kira-kira ada enam orang anak sudah mengerubungi potongan kecil dari roti yang sudah kotor itu, mereka berebutan untuk memakannya! [suatu reaksi yang alami dari sebuah rasa kelaparan yang amat].

Terkejut dengan apa yang baru saja ia alami, kemudian sahabatku itu menyuruh guidenya untuk mengantarkannya ke sebuah toko roti terdekat.

Ia menemukan dua toko roti dan kemudian membeli semua roti yang ada di kedua toko itu! Pemilik toko sampai kebingungan, tetapi ia bersedia menjual semua rotinya. Kurang dari $100 dihabiskan untuk memperoleh 400 potong roti [jadi tidak sampai $0,25 per potong] dan ia juga menghabiskan kurang lebih $ 100 lagi untuk membeli barang-barang keperluan sehari-hari. lantas kembali ke tempat anak-anak tadi dengan membawa satu truk yang dipenuhi dengan roti dan barang-barang keperluan sehari-hari dan menemukan anak-anak [yang kebanyakan Cacat] dan beberapa orang-orang dewasa di tempat itu! Ia pun mendapatkan imbalan yang sungguh tak ternilai harganya, yaitu sebuah kegembiraan dan rasa hormat dari orang-orang yang kurang beruntung ini.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa heran bagaimana seseorang bisa melepaskan kehormatan dirinya hanya untuk sepotong roti yang tidak sampai $ 0,25! Ia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, betapa beruntungnya dirinya masih mempunyai tubuh yang sempurna, pekerjaan yang baik, juga keluarga yang sangat hangat. dan disetiap kesempatan di mana ia masih dapat berkomentar tentang mana makanan yang enak, mempunyai kesempatan untuk berpakaian rapi, punya begitu banyak hal di mana orang-orang yang ada di hadapannya ini begitu kekurangan.

"Sekarang aku pun mulai berpikir seperti itu juga. sebetulnya, apakah hidup saya ini sedemikian buruknya? TIDAK, sebenarnya tidak buruk sama sekali! Nah, bagaimana dengan sahabat?

Mungkin saja dikesempatan yang lain saat kamu mulai berpikir seperti aku, cobalah ingat kembali tentang seorang anak kecil yang harus KEHILANGAN sebelah tangannya hanya untuk mengemis di pinggir jalan!

Sahabat, banyak hal yang sudah kita alami dalam menjalani kehidupan kita selama ini, sudahkah kita bersyukur? Apakah kita hanya mengeluh saja dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki saat ini? semoga catatan ini sedikit membuat pengingat kita semua.


terinspirasi dari catatan saudari Th Ratih Sawitridjati dan kembali saya tulis ulang dan sedikit mengeditnya. semoga berkenan. salam 

No comments:

Post a Comment